Cerpen: cahaya Iman

Cerpen: cahaya Iman

Di sebuah kota kecil yang terletak di lereng barat sebuah gunung yang megah, malam Paskah datang dengan keindahan yang luar biasa. Angin malam membawa aroma bunga-bunga liar yang tumbuh subur di sekitar kota. Cahaya bulan purnama menerangi jalan-jalan berbatu dan bangunan-bangunan tua dengan gemerlap lembut. Namun, di balik keindahan itu, tersembunyi cerita yang lebih dalam, sebuah kisah tentang kegelapan yang merayap dan terang yang tumbuh dari iman dan kebaikan hati.

Kota itu, meskipun kecil, dipenuhi dengan kehidupan. Rumah-rumah batu bata berjejer di sepanjang jalan-jalan yang berliku. Di tengah kota, terdapat gereja kuno dengan menara tinggi yang menjulang ke langit. Di sekitar gereja, pasar kecil berdiri dengan gerai-gerai yang menjual segala macam barang, mulai dari makanan hingga barang-barang kerajinan tangan.

Pada malam Paskah yang indah itu, kota kecil itu dipenuhi dengan persiapan untuk merayakan hari suci tersebut. Orang-orang sibuk mempersiapkan makanan lezat dan menghias rumah mereka dengan bunga-bunga segar. Namun, di tengah keramaian itu, ada satu hal yang tidak biasa. Lilin-lilin yang biasanya dinyalakan di sekitar gereja dan rumah-rumah telah hilang. Mereka dicuri oleh kegelapan yang mengintai di sudut-sudut gelap kota.

Di balik satu-satu lilin yang hilang itu, terdapat kisah-kisah kecil dari penduduk kota. Ada seorang nenek tua yang selalu menyalakan lilin di jendela kamarnya sebagai tanda kesetiaan kepada suaminya yang telah tiada. Ada pula seorang anak kecil yang menyalakan lilin di depan patung Bunda Maria setiap malam sebelum tidur, berharap agar ibunya yang sakit dapat sembuh dengan cepat. Namun, dengan lilin-lilin yang hilang, kegelapan mulai mengancam untuk menyelimuti kota kecil itu.

Tetapi, di tengah kegelapan itu, terang kebaikan masih bersinar. Di rumah-rumah, orang-orang bersatu untuk berbagi lilin yang mereka miliki, meskipun sedikit. Mereka saling membantu dan menyemangati satu sama lain, memperlihatkan bahwa dalam kegelapan sekalipun, cahaya kebaikan akan selalu muncul.

Salah satu cerita yang paling mencolok adalah tentang seorang wanita tua bernama Marta. Marta tinggal di rumah kecil di pinggiran kota, di tepi hutan yang lebat. Meskipun hidup dalam keterbatasan, Marta selalu murah hati kepada siapa pun yang membutuhkan bantuannya. Setiap malam Paskah, dia akan menyalakan lilin di depan patung Yesus di gereja dan berdoa untuk keselamatan kota dan orang-orang di dalamnya.

Pada malam Paskah yang bersejarah itu, ketika kegelapan semakin tebal menutupi kota, Marta dengan setia melakukan ritualnya. Namun, ketika dia kembali ke rumahnya, dia terkejut melihat bahwa lilin terakhir yang tersisa telah dicuri oleh kegelapan. Hatinya terasa hampa, tetapi Marta tidak putus asa. Dengan langkah mantap, dia keluar dari rumahnya dan memasuki hutan yang gelap.

Di dalam hutan, Marta merasa kegelapan begitu pekat sehingga hampir tidak dapat melihat apa pun. Namun, dia terus maju, dipandu oleh kekuatan imannya dan tekad yang bulat untuk membawa kembali cahaya ke kota. Setelah beberapa saat berjalan, dia tiba di sebuah gua kecil yang tersembunyi di antara pepohonan yang rimbun.

Di dalam gua itu, Marta menemukan sesuatu yang mengejutkan. Seorang anak kecil yang terluka terbaring di tanah, dengan tatapan lemah yang meminta pertolongan. Marta segera mendekat dan merawat luka anak itu dengan penuh kasih sayang. Ketika anak itu bertanya apa yang sedang dia lakukan di hutan pada malam Paskah, Marta menjawab dengan lembut, "Aku mencari cahaya untuk kota yang kita  diami."

Anak itu tersenyum lemah dan mengangkat tangannya ke arah langit. Di atas kepala mereka, bulan purnama bersinar terang, seolah memberikan keberkahan atas perbuatan baik Marta. Kemudian, tanpa mereka duga, tiba-tiba sebuah sinar terang memancar dari dalam gua, menerangi seluruh hutan.

Mereka terkejut melihat bahwa sinar itu berasal dari sekelompok lilin yang tersembunyi di dalam gua. Lilin-lilin itu bersinar dengan kehangatan yang memancar dari iman dan kebaikan hati Marta. Dengan hati penuh sukacita, Marta mengambil lilin-lilin itu dan membawanya kembali ke kota.

Ketika Marta tiba di kota, orang-orang terkejut melihatnya datang dengan lilin-lilin yang bersinar terang. Mereka bersorak gembira dan bersyukur atas keajaiban yang terjadi. Dengan cahaya yang kembali bersinar, kota kecil itu kembali dipenuhi dengan kehangatan dan keceriaan.

Malam Paskah yang begitu indah di kota kecil di bawah kaki gunung telah memberikan pelajaran berharga kepada penduduknya. Mereka belajar bahwa meskipun kegelapan dapat mengintai, cahaya iman dan kebaikan hati akan selalu memancar, menerangi jalan mereka dalam kegelapan. Dan di antara semua cerita yang tercipta di malam itu, kisah Marta dan keajaiban lilin-lilin yang kembali bersinar akan selalu diingat sebagai bukti bahwa dalam setiap kegelapan, selalu ada cahaya yang menunggu untuk muncul.

Next Post Previous Post

mungkin anda suka

sr7themes.eu.org