Cerpen: Telur Paskah
Hari itu, di sebuah desa kecil yang terletak di lereng bukit, ada sekelompok anak-anak yang sedang merayakan Paskah dengan penuh semangat. Mereka berlarian ke sana kemari, mencari telur Paskah yang telah disembunyikan oleh orang tua mereka. Di antara anak-anak itu adalah empat sahabat dekat: Sarah, David, Lisa, dan Michael. Mereka adalah teman sejak kecil dan selalu berbagi segala hal bersama-sama.
Di bawah sinar matahari yang hangat, anak-anak itu berkeliling desa, menjelajahi setiap sudut kecil, mencari telur-telur yang disembunyikan. Tawa riang mereka memecah keheningan pagi, dan semangat mereka tak terbatas. Namun, di antara semua telur yang berhasil mereka temukan, ada satu telur Paskah yang tak terlihat oleh mereka, yang tersembunyi di balik semak belukar di sudut desa yang terpencil.
Sarah, David, Lisa, dan Michael tidak menyadari keberadaan telur itu. Mereka bermain, tertawa, dan bercanda sepanjang pagi hingga siang menjelang. Ketika kembali ke rumah masing-masing, mereka tak menyadari bahwa satu telur Paskah masih tersembunyi, tertinggal di tempat yang jauh dari pandangan mereka.
Bertahun-tahun berlalu, anak-anak itu tumbuh menjadi remaja, dan kemudian menjadi dewasa. Mereka menjalani kehidupan masing-masing, menjalani berbagai perjalanan, dan menghadapi berbagai macam cobaan. Namun, satu hal yang tidak pernah mereka lupakan adalah kenangan indah mereka bersama saat merayakan Paskah di desa kecil mereka.
Pada suatu hari, setelah bertahun-tahun tidak bertemu, empat sahabat itu memutuskan untuk berkumpul kembali di desa tempat mereka dibesarkan. Ketika mereka duduk bersama di bawah pohon tua yang kokoh di tengah desa, terungkaplah sebuah rahasia yang terlupakan.
"Kalian ingat saat kita bermain menyembunyikan telur Paskah?" tanya Sarah, senyum mengembang di bibirnya.
"Ya, itu adalah salah satu momen terbaik dalam hidupku," jawab David, menggelengkan kepala sambil tersenyum.
"Apakah kalian tahu bahwa satu telur Paskah masih belum ditemukan?" tanya Lisa, wajahnya penuh dengan keheranan.
Michael mengangguk, "Saya masih ingat. Tapi sepertinya kita tidak pernah menemukannya, bukan?"
Mereka berempat saling menatap, terdiam sejenak, merenungkan kejadian itu. Kemudian, Sarah tersenyum lembut, "Mungkin telur itu telah menjadi bagian dari kenangan kami yang terlupakan."
Namun, ketika mereka berjalan-jalan di sekitar desa, mendekati tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi saat masih kecil, mereka mendapati sesuatu yang mengejutkan. Di balik semak belukar di sudut desa yang terpencil, ada satu telur Paskah yang tergeletak di tanah, tidak terusik selama bertahun-tahun.
"Sudah bertahun-tahun lamanya," kata David, mengernyitkan kening sambil mengambil telur itu dari tanah.
"Mungkin ini adalah saatnya untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada telur ini," ujar Lisa, pandangannya terfokus pada telur itu.
Mereka berempat duduk di bawah pohon tua yang kokoh, dan dengan penuh keajaiban, mereka membuka telur Paskah yang terlupakan itu. Namun, alih-alih menemukan isi telur biasa di dalamnya, mereka menemukan selembar kertas kecil yang terlipat rapi di dalamnya.
Lisa membuka kertas itu dan membacanya dengan suara pelan, "Telur ini adalah simbol kelahiran kembali Tuhan Yesus dalam hati kita. Meskipun telah lama meninggalkan-Nya, tetapi dengan menemukan telur ini, kita diingatkan bahwa cinta dan kehadiran-Nya selalu ada di dalam diri kita."
Mereka berempat saling menatap, mata mereka berbinar-binar penuh pengertian. Telur Paskah yang terlupakan itu bukanlah sekadar telur biasa, melainkan sebuah simbol yang mengingatkan mereka akan kehadiran Tuhan dalam hidup mereka.
Dalam diam, mereka membiarkan makna telur itu meresap ke dalam hati mereka. Mereka menyadari bahwa kehadiran Tuhan Yesus tidak hanya terjadi pada perayaan Paskah, tetapi juga dalam setiap momen kehidupan mereka.
Dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur, mereka mengucapkan doa bersama di bawah pohon tua yang kokoh, merayakan kelahiran kembali Tuhan dalam hati mereka. Dan sejak saat itu, mereka berjanji untuk tidak pernah melupakan makna sejati dari Paskah, bahwa kasih dan pengampunan-Nya selalu hadir dalam hidup mereka, seiring dengan setiap langkah yang mereka ambil.