Cerpen: Roh Hutan

Cerpen: Roh Hutan

Di tengah belantara hutan Flores yang rimbun, terdapat sebuah keheningan yang menyelimuti alam. Suara gemericik air sungai yang mengalir lembut di antara bebatuan, diiringi riuh rendah angin yang mengalun melalui rerimbunan pepohonan, menciptakan simfoni alam yang begitu memesona. Namun, di balik kedamaian itu, tersimpan rahasia yang tak terungkap oleh banyak orang.

Dalam hutan itu, terdapat sebuah roh penunggu tak bernama yang telah bersemayam sejak zaman yang tak terhitung. Roh itu menjadi penjaga alam, memelihara kelestarian hutan dan segala kehidupan di dalamnya. Dia adalah penjaga yang setia, namun juga memiliki sisi gelap yang dapat menyala kapan pun keadaan membutuhkannya.

Pada suatu senja, ketika warna langit mulai memerah dan senja menyebar rona keemasan, sang roh penunggu muncul dari balik dedaunan. Wajahnya yang tidak berwujud terlihat muram, mata tak berkelip menatap kejauhan dengan kesedihan yang mendalam. Dia merasakan getaran aneh yang mengusik ketenteraman hutan.

Ternyata, getaran itu berasal dari kedatangan sekelompok penambang yang tidak diundang. Mereka, dengan alat berat dan tanpa belas kasihan, telah memasuki hutan untuk mengambil apa yang mereka anggap sebagai milik mereka. Tak ada rasa hormat pada kehidupan yang ada di hutan itu; pepohonan yang sudah berabad-abad hidup, tanaman-tanaman yang merayakan kehidupan dengan sukacita, semuanya diabaikan.

Roh penunggu itu merasa geram. Bagaimana manusia-manusia itu berani merusak ketenangan yang selama ini dijaga dengan baik? Dia bergerak tanpa suara, hanya bayangan yang melintas di antara pepohonan, menyaksikan dengan kesedihan yang mendalam.

Saat malam menyelimuti hutan, roh penunggu mulai memperlihatkan kekuatannya. Dia membangkitkan angin yang ganas, hujan deras yang turun tanpa henti, serta suara gemuruh petir yang memecah kesunyian malam. Namun, para penambang itu tidak gentar. Mereka terus saja berusaha merusak hutan, bahkan dengan semakin menguatkan langkah mereka.

Melihat sikap keras kepala para penambang itu, roh penunggu semakin murka. Dia merasa perlunya sebuah pelajaran yang keras bagi mereka yang telah lupa akan keberadaan alam dan keseimbangan yang harus dijaga. Namun, di tengah kemurkaannya, dia juga merasakan kebingungan. Apakah ini benar-benar yang terbaik?

Dalam kegelapan malam yang semakin menyelimuti, roh penunggu merenung. Apakah tindakannya yang keras itu akan membawa perubahan? Ataukah hanya akan menimbulkan kehancuran lebih besar lagi? Di saat itulah, terdengar suara kecil yang datang dari dalam dirinya sendiri.

"Pertanyaan itu bukan hanya untuk para penambang, melainkan juga untuk dirimu sendiri, wahai roh penunggu. Apakah amarah dan kekerasanmu benar-benar akan membawa perubahan yang diinginkan?".

Suara itu menggetarkan hati sang roh penunggu. Dia merasa tersentuh oleh kebijaksanaan yang terdengar dari dalam dirinya sendiri. Kemudian, dengan langkah yang lebih tenang, dia menghilang ke dalam kegelapan hutan.

Hingga kini, roh penunggu itu masih bersemayam di dalam hutan Flores, terus memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Namun, dia telah belajar bahwa kekuatan sejati bukanlah terletak pada kemarahan dan kekerasan, melainkan pada kebijaksanaan dan kelembutan. Dan sekarang, pertanyaan itu menjadi bayangan yang menghantui pikirannya setiap kali dia menyaksikan ulah manusia di dalam hutan yang dia pelihara dengan penuh cinta.

"Mungkinkah cinta dan pemahaman yang sejati dapat mengubah hati yang keras, seperti hutan yang menumbuhkan kehidupan di antara duri dan batu?"

Next Post Previous Post

mungkin anda suka

sr7themes.eu.org