Puisi: Mucikari Kota Kudus - Arnold Elan

 
Puisi: Mucikari Kota Kudus - Arnold Elan


MUCIKARI KOTA KUDUS

Arnold Elan

Dikisahkan sepenggal kebusukan bumi,
dijatuhi hukuman mati.
Duka kembali menggoreng kemunafikan yang mati,
setelah sepakan berlalu dengan hati-hati.
Lalu lintas menjelma dengungan sirene mati suri,
diam-diam sosoknya melucuti altar terjanji.

Tenggorokan yang kering,
haus yang berdering.
Keringat mencuci ranjang,
ranjangnya berderit panjang.
Kursi goyang ikut berjuang,
asap kemenyan menari menjulang,
menunggu tubuhnya ditunggang
seperti sumbangan rakyat yang mengambang
di antara kota-kota yang bunting
setelah dibuahi ceramah yang mengering.
Puji kudus mimbarnya tegang,
jatuh suka di atas kelamin agung.
Kota kudus yang terapung,
terlentang di hadapan mucikari mirip musang.

Kota yang kudus,
pujian melambung mesra,
membius kalbu yang kaku,
mencium ambu penduduk yang bau tanah.
Di ufuk barat, perjanjian baru mematung,
mengingat ayat-ayat yang bergelayut manja,
meniup kekosongan hidup,
menunggu bantuan malaikat
membawa sebakul roti
untuk mulut-mulut yang terus bermunajat
setelah lelahnya dibayar percikan air berkat yang mereka timba
di dekat pancuran ekor mata,
mengalir menyusuri tepi pipi,
menyisakan tetesan luka jurang rahang.

Setelah hari Ahad berakhir,
mucikari kota meniup lilin,
membakar lilin yang lainnya,
mengisi bak mandinya dengan air hangat,
menebarkan ambu terapi dari kematian penduduknya,
menyusun agenda selanjutnya,
sambil menelanjangi dirinya,
melaksanakan ritual masturbasi
sampai lilinya mati berdiri.
Itulah dia, saudara dan saudariku,
mucikari Kota Kudus.

#SyairPendosa



Ditulis oleh Arnolda Elan


Next Post Previous Post

mungkin anda suka

sr7themes.eu.org